Friday, December 18, 2009

Meditasi

dari situs Adi Gunawan

Mengalami dan Memahami Kondisi Meditasi

Saya sering mendapat email dari rekan dan pembaca buku yang mengatakan bahwa mereka, setelah mendengar CD audio relaksasi, tidak bisa konsentrasi. Mereka menanyakan mengapa mereka sulit konsentrasi dan merasa kecewa karena tidak bisa merasakan dan mendapat manfaat meditasi. Saat saya menanyakan, “Sudah berapa lama anda berlatih diri?”, jawaban yang saya terima cukup menjelaskan kondisi mereka, “Saya sudah mencoba dua atau tiga kali, Pak.”
Benarkah demikian sulit bagi seseorang untuk melakukan meditasi? Mengapa ada yang mudah dan mengapa ada pula yang merasa sulit masuk ke kondisi meditatif yang dalam?

Pembaca, di artikel sebelumnya, Meditasi: Timur Bertemu Barat, saya telah menjelaskan tujuan
meditasi ditinjau dari perspektif timur dan barat. Dalam artikel ini saya akan menjelaskan secara spesifik apa saja yang perlu diperhatikan, dilakukan, dan dialami saat melakukan meditasi.
Meditasi bertujuan untuk mengendalikan dan menguatkan pikiran. Pikiran sama seperti otot. Perlu latihan yang konsisten untuk bisa membuat pikiran menjadi kuat. Pikiran dilatih dengan cara difokuskan pada satu objek meditasi. Umumnya orang menggunakan napas sebagai objek.
Pembaca, jika misalnya anda tidak pernah berlatih fitness atau body-building, dan tiba-tiba ingin menguatkan otot tubuh anda, apa yang akan anda lakukan? Apakah langsung berlatih ataukah anda akan mencari pelatih yang berpengalaman yang bisa membimbing anda dengan benar? Sudah tentu kita perlu dibimbing oleh seorang pelatih berpengalaman. Peran pelatih sangat penting agar kita tidak salah berlatih yang justru akan kontraproduktif . Dengan bimbingan yang benar kita dapat mencapai hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat.
Pertanyaan selanjutnya, “Berapa ukuran atau berat beban yang anda gunakan sebagai beban awal latihan?” Apakah langsung beban yang berat ataukah anda menaikkan beban secara bertahap seiring dengan lama dan intensitas latihan anda? Apa yang akan terjadi bila anda “bernafsu” ingin membesarkan dan menguatkan otot-otot tubuh anda secepatnya dan langsung menggunakan beban yang berat (sekali)? Bagaimana hasilnya? Saya jamin, jika ini yang anda lakukan, maka tubuh anda akan cidera karena tidak kuat.

Pembaca, melatih otot tubuh membutuhkan waktu, cara, intensitas, dan konsistensi agar dicapai hasil yang maksimal. Tidak bisa dilakukan asal-asalan dan kita berharap bisa memiliki tubuh yang sehat, kuat, dan indah. Dalam hal ini yang perlu disadari dan diperhatikan adalah bahwa otot akan tumbuh, berkembang, dan menjadi kuat bila dilatih dengan cara yang benar dengan mengikuti proses alamiah pertumbuhan otot. Kita tidak bisa memaksa otot berkembang dengan kecepatan yang kita inginkan. Semua ada waktunya.
Sama seperti otot, pikiran juga perlu dilatih. Melatih pikiran sebaiknya juga dengan bimbingan seorang pelatih berpengalaman dan dengan takaran latihan yang sesuai. Meditasi adalah suatu skill yang perlu dilatih dan diasah setiap hari. Semakin sering kita berlatih maka semakin kuat “otot-otot” pikiran kita. Kuatnya “otot” pikiran tampak dalam bentuk pengendalian yang bisa kita lakukan pada pikiran. Saat pikiran diarahkan untuk konsentrasi dan memegang objek maka pikiran bisa memegang objek dengan kuat dan lama. Pikiran tidak lari ke mana-mana, liar tidak terkendali.
Untuk pemula, biasanya pikiran akan lari tak terkendali. Kita perlu menundukkan dan mengendalikannya. Ini yang dikenal dengan istilah “taming the monkey mind” atau menjinakkan pikiran yang liar seperti seekor monyet. Jangan salah baca ya, monkey mind bukan donkey mind.
Satu hal yang sering tidak dimengerti dan bahkan tidak diindahkan kebanyakan orang yaitu relaksasi pikiran atau meditasi membutuhkan tidak saja upaya, namun terlebih lagi adalah kepasrahan dan keikhlasan. Semakin kita bernafsu maka pasti semakin tidak bisa. Salah satu hukum pikiran berbunyi, “Bila berhubungan dengan pikiran bawah sadar dan fungsi-fungsinya, semakin besar upaya sadar yang dilakukan, semakin kecil respon pikiran bawah sadar.”
Relaksasi pikiran atau meditasi adalah proses yang didominasi pikiran bawah sadar dan nirsadar. Saat seseorang bermeditasi maka gelombang otak yang dominan adalah alpha, theta, dan atau tanpa delta.

Kembali kepada kasus yang saya ceritakan di awal artikel. Pernyataan, “Saya sudah mencoba dua atau tiga kali, Pak”, dengan pemahaman dari apa yang telah saya sampaikan sejauh ini, perlu diubah menjadi, “Saya baru mencoba dua atau tiga kali, Pak”.
Banyak juga yang bertanya, “Pak, saya kok nggak merasa deep?” Biasanya saya akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengecek kedalaman relaksasi yang ia capai. Ternyata banyak yang telah masuk sangat dalam, sangat rileks, baik secara fisik maupun pikiran, namun mereka tidak menyadari hal ini karena tidak punya acuan.
Nah pembaca, untuk membantu anda mengerti kedalaman relaksasi pikiran dan fisik saat meditasi, berikut adalah Subjective Landmark atau acuan yang disusun oleh guru saya, Anna Wise. Biasanya kami menggunakan Mind Mirror untuk melihat dan mengukur relaksasi pikiran dan ESR Meter untuk mengukur relaksasi fisik. Namun, bila tidak ada Mind Mirror dan ESR Meter, kami cukup menggunakan Subjective Landmark. Hasilnya sama valid.
Subjective Landmark ini hanya sebagai acuan namun bukan harga mati. Artinya, pengalaman subjektif setiap orang belum tentu sama. Namun secara umum, saat seseorang melakukan relaksasi pikiran atau meditasi, ia akan mengalami hal-hal yang disebutkan di Subjective Landmark.

Cara membaca Subjective Landmark adalah dengan melihat Level, Pengalaman/Sensasi Subjektif, ESR, dan EEG.
Penjelasannya sebagai berikut. Level menunjukkan kedalam relaksasi. Semakin besar angkanya berarti semakin dalam. Level dimulai dari angka 0 (nol) sampai 6 (enam).
Pengalaman/Sensasi Subjektif adalah apa yang kita alami atau rasakan baik di pikiran maupun di fisik. Gunakan pengalaman yang disebutkan di skala ini untuk mengetahui anda berada di level mana.
ESR Meter adalah alat ukur yang mengukur relaksasi fisik dan menggunakan skala Lesh. Semakin kecil angka di ESR Meter berarti semakin rilek fisik kita. Dengan menggunaakn ESR Meter diketahui bahwa relaksasi fisik saat seseorang tidur berkisar antara 13 – 17. Sedangkan bila dengan meditasi bisa mencapai antara 0 – 5. Hal ini menjawab mengapa walaupun telah cukup tidur orang sering merasa lelah dan tidak segar saat bangun. Sebaliknya orang yang sering meditasi membutuhkan lebih sedikit tidur dan tubuhnya juga lebih sehat dan segar.
EEG adalah pengukuran dengan menggunakan Mind Mirror. Nah, karena anda tidak punya ESR dan EEG maka yang perlu diperhatikan adalah Pengalaman/Sensasi Subjektif.
Berikut adalah Subjective Landmark:
Level : 0
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Mungkin mengalami kesulitan untuk mendiamkan pikiran atau pikiran melompat ke sana ke mari tidak terkendali.
· Perasaan gatal, tidak fokus, tidak perhatian.
· Perasaan “Mengapa saya melakukan hal ini?”.
· Mulai rileks.
· Perasaan mulai “tenang”
ESR: 25 - 20
EEG:
· Beta berkesinambungan, sering bersamaan dengan lonjakan gelombang-gelombang yang lain.
· Kemungkinkan alfa muncul sesekali.
Level : 1
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Kondisi “kabur”.
· Perasaan kurang nyaman.
· Sesasi seperti orang yang dibius/dianestesi.
· Kadang merasa pusing.
· Pikiran dipenuhi dengan kegiatan sehari-hari – sebagai penghindaran terhadap keheningan dalam diri.
· Perasaan akan energi yang tercerai-berai.
· Sensasi hanyut menuju tidur atau tertarik keluar dari tidur.
ESR: 20 - 26
EEG:
· Beta yang sudah agak berkurang, tetapi masih ada.
· Alfa yang muncul sesekali tetapi lebih kuat.
Level : 2
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Energi yang tercerai berai mulai menyatu.
· Mulai merasakan ketenangan dan rileksasi.
· Gambar mental yang sangat jelas muncul secara tiba-tiba.
· Kilas balik kenangan masa kecil.
· Gambar dari masa lalu yang “lama” dan “baru”.
· Perhatian tidak terlalu terpusat.
· Perasaan berada di antara dua kondisi.
· Kondisi transisi.
ESR: 16 - 14
EEG:
· Beta berkurang
· Alfa semakin kuat – bisa bersifat sinambung
· Teta (frekwensi rendah) muncul sesekali
Level : 3
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Perasaan stabil yang lebih kuat.
· Kondisi yang pasti.
· Sensasi tubuh yang menyenangkan: merasa mengapung, ringan, bergerak, berguncang.
· Gerakan ritmik yang muncul sesekali.
· Gambar yang semakin banyak dan lebih jelas.
· Meningkatnya kemampuan mengikuti imajinasi terbimbing.
ESR: 14 - 11
EEG:
· Beta sangat berkurang.
· Alfa sinambung
· Kemungkinan teta yang lebih sinambung dengan peningkatan frekwensi dan/atau amplitudo
Level : 4
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Kesadaran yang sangat kuat terhadap pernapasan.
· Kesadaran yang sangat kuat terhadap detak jantung, aliran darah, dan sensasi tubuh lainnya.
· Perasaan kehilangan batas-batas tubuh (tidak lagi bisa merasakan keberadaan tubuh fisik).
· Perasaan mati rasa di tungkai (lengan dan kaki)
· Perasaan diri dipenuhi oleh udara.
· Perasaan tubuh menjadi sangat besar atau sangat kecil.
· Perasaan tubuh menjadi sangat berat atau sangat ringan.
Kadang berpindah antara kesadaran internal dan eksternal.
ESR: 11 - 8
EEG:
· Beta yang sangat berkurang
· Alfa sinambung
· Teta meningkat
Level : 5
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Kondisi kesadaran yang sangat tinggi.
· Perasaan puas yang mendalam.
· Sangat sadar/waspada, tenang, dan tidak melekat/terpisah dari keadaan sekeliling.
· Perasaan “lepas” atau hilang dari lingkungan dan atau tubuh.
· Bila menginginkan maka gambaran mental yang muncul adalah sangat-sangat jelas.
· Perasaan kondisi kesadaran yang meningkat, yang tidak terdapat pada level sebelumnya, 0 – 4.
· Perasaan pengalaman puncak, luar biasa, pengalaman “ah-ha”, pemahaman intuitif.
· Kinerja tinggi
ESR: 8 - 5
EEG:
· Penguasaan beta yang sangat baik – mulai dengan tidak adanya pikiran hingga pikiran-pikiran kreatif
· Alfa sinambung
· Teta sinambung
Level : 6
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
· Cara baru (berbeda) dalam merasakan sesuatu
· Pemahaman intuitif terhadap masalah sebelumnya, seakan melihat dengan level kesadaran yang lebih tinggi.
· Sensasi dikelilingi oleh cahaya.
· Perasaan kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
· Sensasi semuanya tidaklah penting selain kondisi yang dialami saat itu.
· Mengalami kebahagiaan yang luar biasa.
· Mengalami ketenangan yang tak terlukiskan.
· Perasaan akan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai alam semesta.
ESR: 5 - 0
EEG:
Empat pola yang mungkin terjadi:
1. Pikiran yang terbangunkan (beta, alfa, teta, delta)
2. Meditasi optimal (alpha, teta, delta)
3. Sangat sedikit aktifitas listrik otak
4. Pikiran yang berkembang (pola The Awakened Mind, meliputi beta, alfa, teta, dan delta)

Pembaca, karena keterbatasan ruang dan waktu saya tidak bisa menjelaskan secara lebih detil setiap aspek dari Subjective Landmark. Sebagai informasi tambahan untuk anda, materi ini adalah bagian penting dari pelatihan The Awakened Mind.

Kebermaknaan Hidup

dari situs Adi Gunawan

Kebermaknaan Hidup


Bulan lalu saya pulang ke Tarakan, kota kelahiran saya, untuk menghadiri resepsi pernikahan seorang saudara sekalian nyambangi orangtua saya. Keesokan harinya saya dan istri, Stephanie, beserta ayah saya nyekar ke makam kakek dan nenek. Sudah hampir dua tahun saya tidak pulang ke kampung halaman. Biasanya setiap awal April, saat ada upacara untuk mengenang para leluhur, saya pasti pulang. Namun karena kesibukan yang sangat luar biasa maka dua tahun terakhir ini saya terpaksa absen.
Saya menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk memberikan penghormatan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan mengenang semua jasa kebaikan, pelajaran, cinta, dan hidup yang telah dibagikan kepada saya, oleh kakek dan nenek saya tercinta. Walaupun mereka telah tiada, tidak bersama kami lagi, namun kehidupan yang mengalir melalui mereka dan terus ke kehidupan saya akan selalu saya kenang dan kembangkan.
Makam kakek dan nenek saya berdampingan dan letaknya di atas bukit. Jadi, kami perlu sedikit mendaki. Dalam perjalanan ke atas, kami melewati jalan sedikit berliku dan di samping kiri kanan terdapat banyak makam.
Tiba-tiba saya mendapat insight atau pencerahan. Saya melihat makam demi makam dan tidak ada satupun yang saya kenal. Yang ada hanya gundukan tanah dan batu nisan dengan tulisan nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat.
Jadi, apakah hanya ini yang bisa dicapai seorang manusia di akhir kehidupannya? Hanya seonggok tanah dengan penanda berupa batu nisan? Seonggok tanah sebagai tanda bahwa di sini terbaring seseorang yang dulu pernah hidup di dunia. Namun, siapakah orang ini? Tidak ada yang tahu kecuali keluarganya.
Atau mungkin keluarganya juga telah lupa karena saya menemukan ada beberapa makam yang tampak tidak terurus.
Pikiran saya langsung melayang ke saat anak pertama kami lahir. Dengan penuh suka cita kami menyambut Kehidupan yang hadir di dunia ini melalui kami tapi bukan dari kami.
Pertanyaan yang selalu berkecamuk di pikiran saya adalah, “Untuk apa saya lahir dan hidup?”
Pertanyaan yang sama juga muncul saat saya melihat batu nisan, khususnya saat saya melihat tanggal lahir dan wafat yang tertera di situ. Ada yang usianya masih sangat muda. Ada yang sangat lanjut.
Saat seorang anak manusia lahir, ada yang langsung menghitung jam lahir, hari, tanggal, bulan, tahun, dan menyimpulkan, “Wah, anak ini lahir dengan membawa hoki yang besar. Anak ini akan jadi orang luar biasa”.
Hal yang sama juga dilakukan saat seseorang meninggal. Komentar yang saya biasa dengar adalah, “Wah, jam dan hari meninggalnya apik tenan. Bagus sekali. Ia perginya lancar, enak, dan mudah.”
Namun, apakah pentingnya hidup ini hanya dilihat dari saat kita lahir atau meninggal?
Saat saya melihat batu nisan, tanggal lahir dan meninggal dipisahkan oleh satu garis kecil, saya mendapat “aha”. Justru yang paling penting sebenarnya bukan tanggalnya tapi garis kecil itu.
Mengapa?
Karena garis kecil inilah sebenarnya hidup yang kita jalani. Garis kecil ini tidak saja mewakili berapa lama kita hidup namun juga apa karya kehidupan nyata yang kita lakukan selama menjalani hidup dan mengisi kehidupan. Cukup lama saya berdiri di depan makam orang yang tidak saya kenal dan merenungkan hal ini.
Saat lahir kita tidak membawa apa-apa. Demikian pula saat kita kembali ke Sang Hidup. Lalu, apa yang perlu kita lakukan untuk menjalani hidup supaya nanti saat “pergi” kita tidak hanya dikenang sebagai seonggok gundukan tanah dengan penanda berupa batu nisan?
Cari dan temukan tujuan hidup atau life purpose. Tujuan hidup ini levelnya paling tinggi dan di atas passion. Banyak orang bingung jika diajak bicara tentang purpose. Purpose sebenarnya simple. Purpose is about serving atau purpose adalah melayani.
Nah,bagaimana kita bisa melayani orang lain dengan tulus? Caranya mudah. Lihat diri sendiri. Apa yang ingin kita lakukan pada diri kita? Apa yang kita tahu pasti menyenangkan hati kita? Sekarang, dengan sikap dan pemahaman ini, alihkan ke orang lain. Saat kita melayani orang lain kita melepaskan fokus ego ke diri kita sendiri dan kita memusatkan perhatian dan cinta kita kepada orang lain untuk bisa membahagiakan mereka.
Namun jangan salah mengerti. Langkah awal adalah anda perlu membahagiakan diri anda sendiri. Mengapa? Karena kita tidak mungkin bisa memberikan sesuatu yang tidak kita miliki.
Bagaimana caranya kita bisa melayani?
Lihat apa yang menjadi kekuatan kita. Jangan ikut-ikut orang lain. Setiap orang punya kelebihan dan kekuatan. Fokuslah pada kekuatan (talenta atau bakat) kita dan kembangkan hingga ke titik optimal. Selanjutnya kita bisa melakukan karya kehidupan tidak saja untuk diri kita sendiri, orang-orang yang kita cintai, juga untuk masyarakat di sekitar kita.
Untuk bisa melakukan hal ini kita perlu perencanaan yang matang. Kita perlu peta perjalanan hidup. Saat sekolah dulu apakah kita tahu ke mana arah tujuan hidup kita? Saat kita menikah, apakah kita tahu hidup seperti apa yang akan kita jalani?
Banyak orang merencanakan dengan sangat detil resepsi pernikahan mereka. Bahkan saat ini banyak yang menggunakan EO (Event Organizer) yang mampu mengatur dengan sangat rinci segala pernik yang dibutuhkan untuk bisa membuat acara pernikahan berlangsung dengan lancar dan sukses. Dan tidak lupa juga ada dokumentasi yang sangat lengkap yang merekam momen bersejarah ini.
Pertanyaan selanjutnya adalah, “Setelah malam pesta pernikahan, apa yang akan dilakukan pengantin baru ini? Apakah mereka juga telah merancang hidup mereka dengan begitu detil?”
Umumnya tidak. Banyak yang tidak merenanakan hidup yang akan mereka jalani. Itulah sebabnya Florence Littaeuer dengan sangat bijak berkata, melalui salah satu bukunya, “After every wedding comes a marriage”.
Kalo menikah kita bisa minta bantuan EO. Namun untuk hidup kita harus merancang semuanya sendiri. Kita adalah EO untuk hidup kita sediri. Jika kita tidak merancang apa yang akan kita jalani maka seringkali orang lain yang akan melakukannya untuk kita dan ini tentunya tidak akan sejalan dengan yang kita inginkan.
Pada tataran yang lebih hakiki sebenarnya setiap detik kehidupan adalah momen bersejarah yang diabadikan oleh kamera kesadaran diri. Dengan kesadaran ini maka kita akan memanfaatkan waktu dengan hati-hati dan sungguh-sungguh.
Saat kita menjalani hidup sesuai dengan purpose maka saat itu kita menyalakan api lilin kehidupan kita. Pada momen ini kita bisa menjadi terang bagi orang lain. Dan yang lebih penting lagi kita bisa berbagi api untuk menghidupkan lilin orang lain.
Perjalanan hidup mengajarkan saya satu hal penting yaitu kebermaknaan hidup dinilai bukan dari berapa banyak yang bisa kita dapatkan dari kehidupan tetapi berdasarkan berapa banyak yang bisa kita kembalikan kepada Kehidupan melalui karya nyata hidup kita.
Saya akhiri tulisan ini dengan satu kata mutiara yang sungguh indah, “When you were born, you cried and the world rejoiced. Live your life in such a manner that when you die the world cries and you rejoice.”

Pentingnya Menjaga Pikiran Tetap Aktif dan Positif

diambil dari situs Adi Gunawan, motivator dan hipnoterapis


Beberapa hari lalu saya kedatangan klien dari luar kota. Ibu ini, sebut saja, Bu Ani, mengeluhkan cukup banyak hal. Beberapa di antaranya adalah sulit tidur, jantung berdebar, produksi asam lambung berlebihan, takut gelap, dan kecemasan yang cukup tinggi.

Singkat cerita, setelah melalui proses wawancara mendalam saya mendapatkan beberapa hal penting sebagai titik awal terapi yang akan saya lakukan. Salah satu sumber masalah adalah emosi marah, terluka, kecewa, sakit hati, dan jengkel terhadap suaminya.

Apa yang harus dilakukan dalam kondisi ini? Apakah saya akan melakukan regresi untuk menemukan sumber masalah? Apakah saya akan melakukan Hypno-EFT untuk menetralisir emosinya? Ataukah dengan teknik yang lain?

Sebenarnya untuk membereskan suatu masalah, lebih tepatnya emosi negatif, tidaklah sulit. Ada sangat banyak teknik yang bisa digunakan, yang telah teruji secara klinis mampu membereskan emosi-emosi negatif seintens apapun. Namun dalam kasus ini saya tidak bisa melakukan regresi maupun teknik lain untuk menemukan akar masalah. Lha, buat apa diregresi? Sumber masalahnya sudah jelas.

Masalah ini, tentunya berdasarkan versi Bu Ani, yang disebabkan oleh pemberian makna terhadap tindakan atau perbuatan suaminya terhadap dirinya, selalu benar menurut pikiran klien. Dalam hal ini klien tidak bisa dan tidak boleh disalahkan sama sekali. Yang perlu dilakukan adalah menetralisir emosinya dan diikuti dengan reedukasi pikiran bawah sadar.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, “Katakanlah emosi Bu Ani sudah berhasil dinetralisir, tapi kan ia masih tinggal bersama suaminya, yang notabene adalah sumber masalahnya. Nanti pasti muncul lagi emosi negatifnya. Kalau begini terus kan capek deh. Apa yang harus dilakukan?’

Ini tentunya tidak mudah. Yang dihadapi klien ini masuk dalam kategori ‘Unresolved Present Issue”. Artinya, masalah yang dihadapi klien adalah masalah yang terjadi dari masa lalu, berlanjut hingga masa sekarang, dan bisa berlangsung terus hingga ke masa depan.

Singkat cerita setelah terapi Bu Ani merasa sangat lega. Edukasi pikiran bawah sadarnya juga berlangsung dengan mudah. Barusan saya melakukan follow up keadaannya. Dari jawaban yang dikirim oleh anak Bu Ani katanya sekarang kondisi ibunya sudah sangat baik dan stabil. Dengan demikian apa yang dilakukan oleh suaminya sudah tidak lagi memengaruhi Bu Ani.

Anda pasti bertanya, “Pak Adi, apa yang Bapak lakukan pada Bu Ani sehingga apa yang dilakukan suaminya sudah tidak lagi memengaruhi dirinya?”

He..he.. kalau ini nggak bisa saya jawab di sini ya. Bukannya saya nggak mau. Tapi akan sangat panjang dan teknis.

Salah satu hal yang saya sarankan untuk Ibu Ani lakukan adalah ia perlu menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang positif dan konstruktif. Lha, selama ini, yang kerja suami dan anaknya. Bu Ani praktis jadi pengacara alis pengangguran tanpa acara. Yang Bu Ani lakukan setiap hari adalah menonton sinetron dan berbagai acara televisi yang masuk kategori negatif dan provokatif. Nggak perlu saya sebutkan ya, anda tahulah sendiri maksud saya.

Bu Ani sendiri mengakui bahwa dulu waktu anak-anaknya masih kecil, pikirannya tidak senegatif sekarang ini. Memang ada masalah dalam keluarga. Tapi ini biasa saja dan tidak terlalu memengaruhi dirinya. Saat anaknya mulai besar dan sekolah atau kuliah di Surabaya, nah saat itulah perasaan tidak nyaman mulai mendera dirinya. Sampai saat ia bertemu dengan saya. Dan memang hal ini diperparah oleh tindakan suaminya.

Nah, pikiran yang menganggur, yang hanya diisi dengan hal-hal negatif, justru akan semakin berbahaya. Salah satu sifat pikiran adalah aktif memikirkan sesuatu, baik itu yang positif atau yang negatif. Dan dari pengalaman terbukti bahwa pikiran kita lebih cenderung memikirkan hal-hal negatif daripada yang positif. Lho, kok bisa begini?

Kita ini dari kecil lebih banyak menerima program negatif. Ada yang mengatakan bahwa perbandingan hal positif dan negatif yang kita terima sejak kecil adalah satu berbanding empat belas. Maksudnya, untuk satu hal positif maka ada sekitar empat belas hal negatif lain yang kita juga terima.

Saya jadi teringat rekan saya, Pak Merta Ada, guru meditasi terkenal dari Bali, yang juga berbicara di Quantum Life Transformation Weekend di Jakarta baru-baru ini. Pak Merta mengatakan bahwa jika tidak dijaga maka pikiran akan cenderung mengarah ke hal-hal negatif. Pikiran negatif ini akan mengakibatkan timbulnya energi negatif yang selanjutnya akan mempengaruhi tubuh cakra, tubuh meridian, dan akhirnya akan memengaruhi tubuh fisik kita.

Nah,untuk mengatasi hal-hal negatif inilah saya menyarankan Bu Ani untuk mulai menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang positif. Misalnya membantu mengasuh cucunya, menanam dan merawat tanaman yang ia suka, karaoke, mengikuti kegiatan gereja, senam, dancing, aktif melakukan bakti sosial, membaca, meditasi, atau apapun itu yang bisa menyibukkan dirinya secara positif.

Pikiran yang disibukkan dengan hal-hal positif dapat menetralisir hal-hal negatif yang sebenarnya tidak negatif. Sesuatu yang sebenarnya tidak negatif menjadi negatif karena pikiran yang menganggur nggak ada kerjaan mencari-cari kesibukan sendiri, tidak terkendali, dan akhirnya menghasilkan kebosanan atau bahkan emosi negatif.

Saat pikiran mulai negatif biasanya kita tidak menyadarinya. Ibarat bola salju yang baru bergulir turun dari atas bukit. Semakin lama bola salju ini semakin besar baik ukuran maupun momentumnya, hingga suatu saat kita menyadarinya namun sudah terlambat. Kita digulung, larut, dan dikuasai oleh pikiran negatif. Jika sudah mencapai level ini maka sangatlah sulit untuk menghentikan pikiran negatif dengan cara biasa.

Patekoan dan Kapiten Gan Djie by David Kwaa

Gan Djie adalah seorang Kapitein der Chineezen yang mempunyai riwayat
baik dan luar biasa. Ia adalah kapitein der Chineezen ketiga di Batavia,
menggantikan Phoa Beng Gam. Istrinya adalah seorang perempuan Bali.
Perempuan inilah yang kemudian menggantikan kedudukannya sebagai
Kapitein der Chineezen selama 12 tahun setelah ia wafat.

---------------------

Gan Djie adalah seorang Tionghoa totok yang berasal dari Ciangciu,
sebuah kota keresidenan di bagian selatan Propinsi Hokkian. Dalam
usianya yang sangat muda ia datang ke Gresik mengikuti kakak
laki-lakinya yang sudah terlebih dahulu datang ke Jawa dan kebetulan
sedang pulang ke Cina dan henda kembali pula ke Jawa. Di Gresik, Ia
membantu kakaknya berdagang hasil bumi.

Gan Djie seorang yang jujur, ramah, dan bersemangat tinggi, sehingga
disukai banyak orang. Ia rajin sembahyang dan di beberapa waktu ia juga
suka melakukan pang-she ( melepaskan makhluk hidup yang tengah menderita
) - umumnya burung atau ikan - suatu perbuatan bajik dalam pandangan
agama Budha.

Setelah bermukim lama di Gresik, ia meminta izin kepada kakaknya untuk
berjualan kelontong berkeliling di desa-desa. Ia biasa masuk ke
pelosok-pelosok desa bersama kulinya seorang Jawa yang membantunya
memikul barang dagangannya. Karena sikapnya yang baik dalam melayani
pembeli, dalam waktu singkat ia memperoleh banyak pelanggan. Satu dua
tahun kemudian ia menambah kulinya dan sedikit demi sedikit ia
mengumpulkan modal.

Pada suatu sore, di sebuah desa, ia menginap di sebuah warung. Di warung
itu sebelumnya telah tiba terlebih dulu dua tiga orang yang sikapnya
tidak baik. Mereka juga menginap di warung tersebut.

Di warung, Gan Djie mendapat sebuah kamar sebagai tempat tidurnya untuk
melepas lelah.

Sorenya, tak kala Gan Djie berjalan-jalan, ia diikuti oleh seorang
gadis, yang bekerja di warung itu, kerabat isteri pemilik warung. Sang
gadis memberi isyarat ia mau bicara. Dengan suara berbisik-bisik sang
gadis memberi tahu, di warung itu menginap dua tiga orang yang tampaknya
bukan orang baik-baik. Didengarnya, salah seorang di antara mereka
menyebut-nyebut diri si pedagang kelontong ketika mereka mengobrol. Maka
sang gadis dengan suara bersungguh-sungguh menyarankan agar malam ini
Gan Djie berjaga-jaga, bahkan kalau perlu tidak tidur.

Gan Djie merasa sangat berterima kasih atas nasihat itu. Malam itu ia
tidak tidur, ia sengaja memasang pelita sembari membaca buku, sementara
senjatanya siang hap to ( sepasang golok kembar ) diletakkan di
sampingnya.

Keesokan harinya, sekembalinya ke Gresik, ia berangkat lebih siang.
Dalam perjalanan ia diikuti oleh orang-orang yang dijumpainya di warung.
Namun mereka tidak dapat turun tangan, sebab Gan Djie baru melanjutkan
perjalanan kalau ada orang lain yang turut bersamanya.

Gan Djie merasa sangat berutang budi kepada sang gadis. Beberapa minggu
kemudian, sewaktu datang lagi ke warung itu, ia menyatakan kepada
pemilik warung bahwa ia ingin mengambil sang gadis sebagai istri, untuk
membalas budinya.

Demikianlah sang gadis lalu dinikahinya serta diajak pindah ke Gresik.
Dan atas anjuran istrinya, Gan Djie menghentikan berdagang keliling dan
berjualan saja di ruamh sendiri.



Beberapa tahun kemudian Gan Djie menjadi saudagar besar di Gresik. Ia
lalu pindah ke Batavia atas saran dari kerabatnya.


Pindah ke Batavia - Asal usul nama Patekoan

Kira-kira pada tahun 1659 Gan Djie pindah ke Batavia dan tinggal di
sebuah rumah di se sebuah jalan yang sekarang disebut Patekoan. Di
Batavia ia berniaga hasil bumi. Karena sifatnya yang baik dan suka
menolong, maka dalam waktu singkat ia menjadi salah seorang terkemuka di
tempat pemungkimannya yang baru.

Berhubung dengan usianya yang sudah lanjut, pada tahun 1663 Kapitein der
Chineezen Phoa Beng Gam, mengajukan pengunduran diri dari jabatannya
kepada Gouverneur General Joan Maetsuyker. Sebagai penggantinya ia
mengusulkan Gan Djie yang dikenalnya dengan baik. Usul itu diterima.

Pengangkatan Gan Djie sebagai Kapitein der Chineezen adalah karena
jasanya menolong dan merawat anak Joan Maetsuyker yang terpisah secara
tidak sengaja.

Tak disangka di kemudian hari Joan Maetsuyker diangkat menjadi
Gouverneur General Hindia Belanda ( 1653 ). Sebagai balas budi terhadap
tuan dan nyonya Gan Djie, kemudian dia mengangkat Gan Djie sebagai
Kapitein "bangsa" Tionghoa.

Begitulah, sejak 10 April 1663 Gan Djie diangkat menjadi Kapitein der
Chineezen ketiga. Karena kesibukannya, pekerjaan tersebut turut dibantu
oleh istrinya.

Di depan kantor Kapitein, seringkali berteduh orang-orang yang berdagang
keliling atau mereka yang kelelahan di jalan, maka pada waktu hawa udara
begitu panas, orang yang melintas di jalan tersebut selalu sulit
mendapat air untuk melepas dahaga.

Melihat hal itu istri Gan Djie ( Nyai Gan Djie ) mengusulkan kepada
suaminya agar di depan kantor disediakan air the untuk warga masyarakat
yang kehausan. Bagi orang yang berkecukupan macam Kapitein Gan, tentu
saja air the itu tidak ada artinya, tetapi bagi warga masyarakat yang
"kekeringan" penting sekali. Kapitein Gan langssung menyetujui usal itu.

Di depan kantor, di sebelah luar pintu, lalu dipasang meja-meja kecil.
Di atas meja-meja itu setiap pagi dan sore disediakan air the. Supaya
air teh itu mencukupi keperluan warga dan tidak setiap kali kehabisan,
maka di situ disediakan delapan buah te-koan (teko/poci teh). Perbuatan
baik dari Kapitein Gan membuatnya semakin disegani oleh masyarakat.
Persediaan air teh itu pun akhirnya menjadi suatu ciri untuk memudahkan
warga mencari lokasi kantor officer Tionghoa itu. Demikianlah, orang
lalu mengatakan, dimana ada pat tekoan, di situlah tempat tinggalnya
Kapitein Gan. Lambat laun jalan dimana officer Tionghoa itu bermungkim
dinamakan Pat Te-Koan, dikemudian hari menjadi Patekoan.

Nyai Gan Djie menjadi Wakil Kapitein

Pada tahun 1666, setelah memangku jabatannya selama tiga tahun, Kapitein
Gan Djie wafat. Jenazahnya dimakamkan di Molenvliet Oost - kini Hayam
Wuruk - dengan upacara yang cukup megah. Usahanya dilanjutkan oelh
putranya Gan Hoo Hoat.

Lantaran sulit memperoleh penggantinya, maka pemerintah meminta Nyai Gan
Djie menggantikan jabatan almarhum suaminya hingga nanti pemerintah
mengangkat orang lain.

Dikisahkan, selama memangku jabatan Wakil Kapitein, banyak urusan rumah
tangga warga masyarakat Tionghoa telah bisa diatur dan diselesaikan
secara damai oleh nyonya itu.

Pada tahun 1678, setelah 12 tahun memangku jabatannya, karena merasa
dirinya sudah tua, Nyai Gan Djie mengajukan surat pengunduran diri dari
kedudukannya sebagai Waarnemend Kapitein Tionghoa. Pengunduran itu
diterima baik oleh pemerintahan. Kepadanya diserahkan surat penghargaan
dari pemerintah.

Sebagai gantinya pemerintah mengangkat Tjoa Hoan Giok sebagai Kapitein
der Chineezen keempat ( masa jabatan 1678-1685 ). Secara resmi ia mulai
memangku jabatannya pada 14 Juni 1678.

Thursday, December 17, 2009

Kenali Konsep Diri Anda

Konsep Diri Menurut Carl Rogers

Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung. Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral, dan etika.
Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul "The Clinical Treatment of the Problem Child", yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori - teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah - masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.

Konsep-diri memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Pengetahuan tentang diri anda
Adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda. Misalkan jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.

2. Pengharapan bagi anda
Adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa kelak.
3. Penilaian terhadap diri anda
Adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang menurut anda dapat dan seharusnya terjadi pada diri anda. Hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.

Konsep-diri memiliki dua kecondongan, yaitu:
1. Konsep-diri NEGATIF
2. Konsep-diri POSITIF


Termasuk konsep-diri yang manakah ANDA???

Konsep-diri NEGATIF
Anda memiliki penilaian NEGATIF pada diri Anda sendiri. Anda tidak merasa cukup baik dengan apapun yang Anda miliki dan merasa tidak mampu mencapai suatu apapun yang berharga. Jika hal ini terus berlanjut, maka Anda akan menuntun diri Anda sendiri ke arah kelemahan emosional. Anda mungkin akan mengalami depresi atau kecemasan secara ajeg, kekecewaan emosional yang lebih parah dan kualitasnya mungkin mengarah ke keangkuhan dan ke keegoisan. Anda telah menciptakan suatu penghancuran-diri.

Mulai sekarang....

Ubahlah dan kembangkan konsep-diri Anda, langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :

1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
“You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way....”

2. Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ??

3. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.

4. Berpikir positif dan rasional
“We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world” (The Buddha).
Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.


Konsep-diri SEDANG
Anda berada di persimpangan antara kepemilikan konsep-diri positif dan konsep-diri negatif. Ada kalanya anda bisa dan tidak bisa menerima keadaan diri sendiri. Jika konsep-diri negatif semakin berkembang daripada konsep-diri positif, maka Anda akan menuntun diri Anda sendiri ke arah kelemahan emosional. Anda mungkin akan mengalami depresi atau kecemasan secara ajeg, kekecewaan emosional yang lebih parah, dan kualitasnya mungkin mengarah ke keangkuhan dan ke keegoisan.

Mulai sekarang....

Ubahlah dan kembangkan konsep-diri Anda, langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :

1.Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
“You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way....”

2.Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ???

3. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.

4. Berpikir positif dan rasional
“We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world” (The Buddha).
Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.

Konsep-diri POSITIF
Yups....Selamat!!!
Anda memiliki penilaian POSITIF pada diri Anda sendiri. Anda mengenal diri Anda secara baik. Anda memiliki penerimaan diri yang kualitasnya lebih mungkin mengarah ke kerendahan hati dan ke kedermawanan. Anda dapat menyimpan informasi tentang diri sendiri – informasi negatif maupun positif. Anda seorang yang optimis, penuh percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Anda menganggap hidup adalah suatu proses penemuan. Anda berharap kehidupan dapat membuat diri Anda senang, dapat memberikan kejutan, dan memberikan imbalan. Dengan menerima semua keadaan diri Anda maka Anda juga dapat menerima semua keadaan orang lain.

Dari http://www.a741k.web44.net/KENALI%20KONSEP.htm

Bagaimana Supaya Tidak Melekat alias Nempel?

Yang Mulia Bhikkhu Buddhadasa adalah pionir dalam upaya mempromosikan
kedamaian dan kerukunan beragama melalui dialog antar agama. Beliau dikenang di seluruh dunia dan masuk di dalam daftar Unesco sebagai tokoh dengan kepribadian sangat mengagumkan.

Penekanannya terhadap kesalingtergantungan antara semua makhluk membuatnya menjadi pionir dalam hal pemikiran ekologis dan pemenang dalam perdamaian antar negara.”

- Pernyataan resmi UNESCO dalam peringatan
100 tahun kelahiran Yang Mulia Bhikkhu Buddhadasa

Bagaimana berlatih tidak melekat?

Ketika menjelaskan esensi ajaran Buddha, kita tidak perlu menjawab dengan pemahaman kita sendiri. Penjelasan Buddha tentang bagaimana melatih diri mengikis kemelekatan sudah cukup singkat dan lengkap. Melihat hanya melihat. Mendengar hanya mendengar. Mencium bau hanya mencium bau. Mengecap hanya mengecap. Sentuhan hanyalah sentuhan. Ketika bentuk-bentuk pikiran muncul, hal yang negatif misalnya, kenali dan sadari bahwa bentuk pikiran itu negatif.
Mari kita ulangi sekali lagi, khususnya bagi Anda yang belum pernah mendengar hal ini. Melihat hanya melihat. Mendengar hanya mendengar. Mencium bau hanya mencium bau. Mengecap hanya mengecap. Sentuhan hanyalah sentuhan. Sadari
bentuk-bentuk pikiran yang muncul. Artinya, semua aktivitas tersebut dilakukan tanpa ada sebuah aku”. Buddha mengatakan jika seseorang mampu mencapai tahap ini, konsep aku yang ada di dalam dirinya akan hilang. Ketiadaan konsep aku
inilah yang dimaksud dengan lenyap dan terhentinya “dukkha.
Instruksi Ketika Melihat suatu obyek dengan mata, maka hanya lihatlah.
Kalimat ini membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Ketika mata melakukan kontak dengan sebuah obyek, amati dan kenali obyek tersebut. Tetapi jangan biarkan perasaan suka atau tidak suka muncul. Jika Anda membiarkan perasaan suka terus hadir, keinginan untuk memiliki akan muncul. Sebaliknya, jika Anda membiarkan perasaan tidak suka hadir, Anda malah ingin menghancurkan obyek tersebut.
Demikianlah perasaan suka dan tidak suka muncul. Inilah yang disebut dengan aku”. Hanyut terbawa oleh “aku” menghasilkan penderitaan dan membuat diri tertipu. Ketika melihat, bawa serta kebijaksanaan dan kesadaran. Jangan biarkan kekotoran batin memaksa Anda untuk melekat. Tumbuhkan kebijaksanaan untuk memahami bagaimana bertindak dengan benar dan tepat. Jika tidak ada yang perlu dilakukan, abaikan obyek itu. Jika ada sesuatu yang diinginkan dari obyek tersebut, lanjutkan saja, tetapi dilakukan dengan kesadaran dan kebijaksanaan, tanpa gagasan tentang “aku”. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan apa yang Anda harapkan, tanpa ada ketidakpuasan. Inilah sebuah latihan sederhana tetapi yang paling membawa kesempurnaan.
Buddha mengajarkan: Melihat hanya melihat. Mendengar hanya mendengar. Mencium bau hanya mencium bau. Mengecap hanya mengecap. Merasakan sentuhan hanya merasakan sentuhan. Melihat bentuk-bentuk pikiran hanya melihat bentuk-bentuk pikiran. Berhenti sampai di situ saja dan insight (pemahaman) yang akan bekerja secara otomatis. Pilih arah yang benar dan tepat. Jangan biarkan “si suka” dan si benci” membuat kita bertindak berdasarkan pilihan suka atau tidak suka,
yang merupakan wujud hadirnya “aku”. Pikiran tersebut adalah pikiran yang bergejolak, tidak bebas dan tanpa insight (pemahaman) sama sekali. Inilah yang diajarkan oleh Buddha kepada kita.
Mengapa kita tidak menyebut latihan menjaga sila dan perilaku, konsentrasi, kebijaksanaan, berbuat kebajikan2, dan berdana makanan kepada bhikkhu sebagai latihan yang paling bermanfaat? Karena mereka adalah kondisi pendukung, tetapi bukan intisari Dharma, bukan yang penting. Kita melakukan kebajikan, berdana,
menjaga sila, mengembangkan konsentrasi dan mencapai kebijaksanaan untuk membuat kita menjadi kokoh dan mantap dalam berlatih. Melihat hanya melihat. Mendengar hanya mendengar. Dengan latihan ini, pikiran menjadi kokoh, mantap, dan seimbang. Walaupun segala macam obyek membombardir diri kita dengan beragam cara lewat indera kita, sang “aku” tidak akan muncul. Berdana dan melakukan kebajikan bertujuan untuk melenyapkan ego. Menjalankan sila adalah sebuah
proses untuk mendapatkan kemampuan untuk mengatasi keakuan dan juga latihan konsentrasi. Kebijaksanaan ditujukan untuk menghancurkan “sang aku”. Kita tidak membahas sesuatu yang berbeda melainkan sesuatu yang terjadisetiap hari. Mata melihat, telinga mendengar, hidung mencium dan begitu seterusnya yang terjadi kepada keenam pintu indera yang lain. Kita harus waspada, terus awasi keenam pintu tersebut. Latihan ini sudah mencakup seluruh latihan yang ada. Ini adalah latihan yang paling pokok.

Disadur dari buku The Truth of Nature karya Bhikkhu Buddhadas

Monday, December 14, 2009

Dua Ladang

Di hati kita ada dua ladang,
yang bisa ditanami dengan dua benih yang berbeda.

Satu ladang ditanam dengan benih kebencian.
Disiram dengan dengki,
dipupuk dengan permusuhan,
disiangi dengan mencari-cari kesalahan,
dan disuburkan dengan dendam.
Hasilnya adalah,
ladang dengan tanah pecah-pecah,
tanaman yang coklat kering,
Tak ada yang bisa tumbuh diatasnya.
Yang datang ke tanah ini adalah,
hawa panas membara.

Satu ladang lagi ditanam dengan benih cinta.
Disiram dengan kasih sayang,
dipupuk dengan saling pengertian,
disinari dengan cahaya ketulusan,
Hasilnya adalah,
sebuah taman yang indah,
dimana bunga aneka warna mekar,
pepohonan hijau rindang tumbuh,
kupu-kupu manis berterbangan,
dan terdengar kicauan merdu burung kutilang.

Tinggal mana yang dipilih.
Mau menanam hidup dengan kekeringan,
atau menanam hidup dengan kesejukan taman?

Pembungkus Gorengan Dari Kotoran Manusia

Pembungkus gorengan yang Anda makan bisa saja berasal dari bekas kotoran manusia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Juli 2009 kemarin mengeluarkan peringatan publik atas penggunaan kantong plastik kresek. Terutama kantong plastik berwarna hitam yang biasa digunakan untuk pembungkus makanan.

Kantong plastik berwarna hitam merupakan proses daur ulang dan dalam prosesnya, menurut BPOM, tidak diketahui riwayat penggunaan sebelumnya, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat, dll. Dalam proses tersebut juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah dampak bahayanya bagi kesehatan.

Oleh karena itu BPOM memberikan peringatan agar semua masyarakat mulai memperhatikan hal ini. Walaupun sudah berjalan 4 bulan, hingga kini banyak masyarakat yang belum mengetahui peringatan tersebut.

Waspadalah.....waspadalah......

Sunday, December 13, 2009

Kesadaran 1

Manusia suka membicarakan orang lain di belakang punggung mereka,
karena merasa diperlakukan tidak adil,
dan dibedakan.
Selalu saja mencari celah untuk menyalahkan,
dan menabur
benih-benih kebencian.

Sampai suatu hari kilat datang menyambar pikiran,
dan hujan datang membasahi hati.
Dia kini mengerti,
bahwa itu adalah perbuatan kurcaci,
yang hanya mengerdilkan dan menurunkan
tingkatannya di mata manusia,
juga di mata Tuhan.

Lalu dia berhenti,
menusuk orang dengan pedang dari belakang,
kala mereka tidak mengetahui.
Karena dia tidak mau masuk
ke dalam golongan kurcaci.

Untukmu Pujanggaku

Kau memang bukan orang yang suka berkata-kata.
Bukan juga tipe orang yang
menunjukkan kasih sayang
dengan berbunga-bunga.

Kau adalah orang yang hemat kata-kata.
Sedikit bicara,
tapi banyak mengamati.
Kau begitu misterius,
sehingga kadang sulit menebak apa yang ada di pikiranmu.
Senyumanmu jarang terlihat.
Sehingga kadang kupikir kau adalah
manusia tanpa emosi.

Tadinya aku suka kesal padamu.
Karena kupikir engkau begitu dingin.
Kupikir kau tak peduli,
akan apa yang kurasakan dan yang ada di benakku.

Ternyata, aku SALAH BESAR!!
Kalulah orang yang selalu mencariku,
ketika aku menghilang.
Kaulah orang yang selalu menanyakan keadaanku,
dan begitu peduli pada kesehatanku.
Kau jugalah yang selalu memastikan,
bahwa aku baik-baik saja.

Kenapa kesadaran ini baru datang,
setelah kau tiada?
Sehingga aku tidak sempat berterima kasih.
Tidak sempat mencium tanganmu,
untuk mengucapkan kata maaf,
atas segala kesalahanku.
Dan mengatakan bahwa,
aku sayang padamu.

Wednesday, December 9, 2009

Hipnosis dan Aku

Hipnosis. Apa yang ada di pikiran Anda waktu mendengar kata ini? Mungkin Anda membayangkan seorang berpakaian hitam-hitam berdiri di depan Anda dan mengayunkan bandul panjang di depan mata sambil berkata, 'Anda mulai mengantuk....'

Dulu aku menganggap hipnosis itu sesuatu yang seram. Aku selalu menolak kalau diajak pergi ke terapis. Buatku mereka semua sama seperti dokter. Biar sudah diyakinkan berkali-kali kalau itu bukan dokter dan aku cuma akan ditanya-tanya, aku tetap nggak percaya. Pikiran bawah sadarku selalu menolak untuk disembuhkan. Akibatnya bisa ditebak. Sudah banyak psikiater yang kudatangi, juga seorang hipnoterapis, tapi semua nggak mempan. Aku merasa nggak sakit! Ngapain disuruh-suruh ke terapis? Apalagi saat aku disuruh menceritakan masalah-masalah yang kuhadapi pada saat itu. Rasanya nggak nyaman cerita masalah pribadi ke orang asing. Lagian aku nggak merasa punya masalah. Karena menutup diri, termasuk pada sesi hipnosis, terang saja kalau semua terapi itu nggak ada hasilnya.

Pandanganku tentang hipnosis berubah total setelah bertemu dengan Pak Sasmita, seorang terapis hebat yang kemudian jadi papa angkatku. Saat itu aku datang padanya cuma karena sudah dibuatkan janji oleh saudaraku, kak Anne dan kak Petrus. Kondisi kejiwaanku saat itu hancur-hancuran karena aku baru saja mengalami trauma berat akibat dua kali kehilangan pekerjaan.

Awalnya Pak Sas, begitu aku memanggil Papa pertama kali, tidak langsung menggunakan hipnosis, tapi malah ngajak aku makan dan ngobrol. Tidak ada sesi terapi formal seperti yang biasa kujalani, dimana aku masuk ruangan, duduk, lalu si terapis akan mulai bertanya-tanya tentang apa yang membuatku nggak nyaman.

Aku sempat bingung saat itu, tapi pendekatan Papa yang jauh dari kesan resmi membuatku terkesan. Dengan sikap ini, sebenarnya dia sudah mulai menghipnosis tanpa kata-kata. Awal baik yang membuka jalan bagi kesuksesan terapi berikutnya. Karena percaya pada Papa, aku patuh saja saat diterapi. Dengan mengikuti semua petunjuk yang dia berikan, aku pun mampu masuk ke dalam kondisi hipnosis. Pertama kali memang rasanya aneh, karena aku merasa seperti orang tidur tapi sadar, alias tidur hipnosis. Pada saat itulah Papa Sasmita memasukkan program baru ke dalam pikiran bawah sadarku. Di waktu tidur hipnosis, pikiran berada di level bawah sadar, sehingga lebih mudah diprogram ulang. Pikiran yang tadinya negatif diubah menjadi positif. Semua trauma dan ketakutan, sampai ke yang berat sekalipun, dihapus. Setiap selesai satu sesi, rasanya bebanku berkurang. Aku pun mulai percaya kalau hipnosis bisa membantu siapa saja untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Syaratnya cuma satu : ada kemauan untuk berubah.

Karena sambutannya yang begitu hangat, dan kemauanku untuk memperbaiki hidup, akhirnya aku memutuskan untuk menginap di apartemen Mitra Sunter, tempat Papa tinggal selama di Jakarta. Dia cuma punya waktu sepuluh hari, dan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, itu pertimbangannya. Selain aku, Papa juga melakukan terapi dan relaksasi pada klien-kliennya lain. Aku selalu ikut dan melakukan relaksasi bersama para klien Papa. Terapi hipnosis, yang tujuannya melepas akar masalah-masalah yang kuhadapi, selalu dilakukan di apartemen. Papa tidak mau melakukannya di luar. Masalahku tergolong kasus berat karena banyak emosi negatif dan trauma yang harus di release, juga bersifat sangat pribadi. Mungkin Papa juga antisipasi kalau aku bereaksi ekstrim saat dalam keadaan terhipnosis. Lewat proses ini, satu persatu trauma dan ketakutanku terlepas. Aku merasa lebih lega dan tenang.


Berkat Papa, aku jadi punya keyakinan bahwa hipnosis mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat. Bukan berati aku merasa sudah sembuh total, karena aku sadar masih banyak hal dalam diriku yang harus dibenahi. Aku terus ingin membuktikan peran hipnosis dalam kehidupanku, sekarang dan yang akan datang. Dan aku yakin, hipnosis bisa jadi pembuka jalan buat siapapun untuk menyelesaikan masalah hidup mereka.

Friday, December 4, 2009

Paradoks dalam Pengembangan Diri

M.M. Nilam Widyarini, MSi
Paradoks Dalam Pengembangan Diri

Dalam keadaan normal, bayi lahir tentu menangis. Ia menangis karena "terlempar" dari zona nyaman (hangat-terlindung) di dalam rahim ibu ke dunia asing. Dalam perkembangannya, ia dihadapkan pada masalah penyesuaian diri. Kebutuhannya berkembang, baik yang bersifat instinktif hingga yang transenden. Kontradiksi batin harus dialami, membuat ia terus bergulat mencari jawaban atas eksistensinya.

Dalam pergulatan mencari jawaban atas eksistensinya, manusia dihadapkan pada paradoks-paradoks, yang mencakup beberapa aspek: fisik vs nonfisik; kesadaran vs ketidaksadaran; orientasi diri vs sesama manusia.
Dengan adanya paradoks-paradoks tersebut, tugas manusia adalah menemukan keseimbangan antara dua kutub yang berbeda itu atau mengintegrasikannya. Hanya dengan itulah manusia dapat mencapai kebahagiaan.

Kebahagiaan yang dimaksud bukan sekadar letupan kegembiraan sesaat seperti ketika seseorang berhasil meraih sesuatu yang diinginkan. Seperti yang dinyatakan Erich Fromm, kebahagiaan yang dimaksud di sini, yakni aktivitas batin yang intensif dan pengalaman tentang bertambahnya daya hidup lantaran hubungan produktif dengan dunia serta diri sendiri.

Fisik vs Spiritual
Secara lahiriah manusia terdiri dari aspek fisik (biologis). Konsekuensi dari aspek biologis ini manusia terikat dengan hukum fisik seperti lapar, sakit, mencari kepuasan biologis, tertarik pada dunia materi, dan sebagainya.
Di sisi lain, manusia juga terdiri atas aspek-aspek nonfisik, yaitu psikis, sosial, dan spiritual. Aspek biologis dan aspek spiritual kita ketahui sebagai dua kutub yang berlawanan.

Sehubungan dengan kecenderungan manusia untuk mencari kepuasan biologis atau dunia materi, Viktor Frankl, psikolog dari akhir abad XIX yang ikut mengembangkan psikoterapi, menyatakan bahwa semakin seseorang memaksa mendorong dirinya ke arah kesenangan, ia akan semakin kurang mampu menikmati kesenangan. Kendati terdapat kecenderungan mencari kesenangan, di sisi lain usaha untuk itu justru akan menghalangi seseorang mencapai kepuasan (kebahagiaan).

Salah satu teknik yang relevan untuk mengatasi kecenderungan orang mencari kesenangan biologis atau dunia materi, menurut logoterapi (terapi yang berorientasi pada penemuan makna hidup, dikembangkan oleh Frankl) adalah bimbingan rohani. Bimbingan rohani diterapkan sebagai teknik terapi karena sesuai dengan pemikiran dasar Frankl tentang spiritualitas. Spiritualitas merupakan sisi transendensi pada manusia, yang mengatasi dunia fisik dan sosial, berfungsi memberikan makna hidup.

Dengan mengembangkan spiritualitas (merealisasi nilai-nilai kehidupan berdasarkan suara hati), seseorang akan menemukan makna dari keberadaan (eksistensi) dirinya sebagai pribadi. Ini merupakan sumber rasa tentram. Spiritualitas yang terintegrasi dalam kepribadian seseorang akan sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek fisik, psikis, maupun sosial yang seringkali bersifat menjebak.

Yang dimaksud Frankl dengan "spiritualitas yang terintegrasi dalam kepribadian seseorang akan sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek fisik, psikis, maupun sosial", bukan berarti bahwa aspek fisik, psikis, dan sosial manusia diabaikan. Kata"terintegrasi" menunjukkan ada penyatuan dari beberapa aspek itu, dan membentuk keseimbangan pribadi secara total.

Kesadaran vs Ketidaksadaran
Manusia memiliki dimensi kesadaran dan ketidaksadaran. Tiap-tiap orang memiliki bagian kepribadian yang tidak disadari (personal unconscious), yang berkembang di luar pengalaman sadar karena telah ditekan: dorongan-dorongan amoral, dorongan-dorongan seksual yang tidak dapat diterima, kebutuhan-kebutuhan egoistik, ketakutan, harapan-harapan irasional, pengalaman yang memalukan, dan motif-motif keji.

Bagian kepribadian yang tidak disadari (karena ditekan) itu dalam kenyataan selalu mendesak untuk dipuaskan. Namun, dalam alam sadar, pemuasan terhadap dorongan bawah sadar tersebut tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma masyarakat.

Jung, tokoh psikodinamika yang mencoba mengurai kepribadian manusia menyatakan: "Tujuan kepribadian manusia ialah totalitas psikis yang dinamis, kesatuan berdasarkan kerja sama antarberbagai sisi/bagian dalam psike, khususnya bagian sadar dan tak sadar."

Orang yang sehat secara psikologis, sedikit demi sedikit telah berhasil menggali bagian kepribadiannya yang tidak disadari, dan mengintegrasikan sisi gelap (shadow) dengan bagian kepribadian yang disadari. Dengan jalan ini, seluruh komponen kepribadiannya dapat bekerja sama membentuk kesadaran penuh, diri (self) yang penuh tujuan.

Proses harmonisasi komponen kesadaran dan ketidaksadaran seseorang ini terjadi secara unik untuk tiap orang, dan menghasilkan pola perilaku yang unik pula. Jung menyebutnya proses individuasi (individuation).
Dalam individuasi, seseorang menemukan keutuhan pribadinya ketika aspek-aspek dalam ketidaksadaran (yang bersifat primitif) telah bersatu dengan bagian pribadi yang disadari. Secara implisit hal ini menunjukkan bahwa bagian yang tidak disadari itu telah ditemukan maknanya dalam konteks pikiran-pikiran sadar yang dapat diterima norma masyarakat.

Hal ini akan lebih jelas dalam contoh berikut: Seseorang yang memiliki ciri sangat egoistis, ketika ia menyadari akan karakteristik dirinya itu, akan mengalami konflik hebat karena terasa sangat bertolak belakang dengan norma masyarakat (ajaran moral bermasyarakat).

Bila ia terus berproses, kemungkinan akan menemukan makna karakteristik egoistis dalam konteks pikiran-pikiran sadar yang dapat diterima oleh norma masyarakat: bahwa egoisme merupakan kekuatan kehendak! Dengan kehendak yang kuat justru ia dapat lebih efektif mencapai berbagai tujuan, tetapi bukan lagi tujuannya sendiri, melainkan tujuan bersama.

Dengan begitu, komponen kepribadian telah diintegrasikan. Bagian dari alam tidak sadar telah diintegrasikan ke dalam alam sadar, membentuk pribadi yang utuh, sehat secara psikologis.

Orientasi Diri vs Sesama
Erich Fromm telah mempelajari pengaruh lingkungan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian manusia. Ia berpandangan, pada saat akal budi dan imajinasi bersama-sama terbentuk (usia 8-9 tahun), manusia menjadi sadar akan ketersendirian dan keterpisahannya; akan ketidakberdayaan dan ketidaktahuannya; akan kelahiran dan kematiannya yang tak terduga.


Sekalipun semua kebutuhan fisiologisnya terpuaskan, manusia tetap mengalami keterpisahan dari dunia sekitarnya. Rasa keterpisahan itu harus didobrak dengan menemukan ikatan-ikatan baru dengan sesama manusia, menggantikan ikatan-ikatan lama yang didorong oleh insting.

Ada beberapa cara mencari dan mencapai kesatuan dengan sesama. Salah satunya lewat jalan kepatuhan kepada seseorang, kelompok, institusi, dan Allah.

Dengan menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar, lebih berkuasa darinya, manusia mengalami identitasnya dalam hubungan dengan kekuatan pribadi atau lembaga yang dipatuhinya. Cara yang lain, dengan jalan berkuasa, menjadikan orang lain bagian dari dirinya (dominasi). Namun, sungguh ironis bahwa perwujudan hasrat kepatuhan total ataupun dominasi ini tidak pernah membuahkan kepuasan.

Hanya ada satu syarat yang memuaskan kebutuhan manusia untuk mempersatukan dirinya dengan dunia, dan pada saat yang sama untuk memperoleh rasa integritas dan individualitas, yaitu cinta. Dalam tindakan mencinta, saya menjadi satu dengan semua, tetapi saya tetap saya sendiri yang unik.

Oleh Fromm cinta merupakan salah satu dari aspek orientasi produktif: keterbukaan manusia yang aktif dan kreatif terhadap sesamanya, diri sendiri, dan alam. Dalam pengalaman cinta terjadi paradoks bahwa dua orang menjadi satu, tetapi serentak tetap dua juga. Dalam arti ini cinta berlawanan dengan egoisme.

Seseorang dikatakan mampu mencintai orang lain bila ia mencinta dalam arti: Di dalam dirimu aku mencintai seluruh umat manusia, semua yang hidup; dan di dalam dirimu aku juga mencintai diriku sendiri.

Kegagalan manusia untuk mencintai sesama disebut narsisme. Hanya ada satu realitas bagi seorang yang narsistis, yakni jalan pikirannya sendiri, perasaan, dan kebutuhannya sendiri. Dunia tidak dihayati secara objektif. Dalam keadaan ini manusia tidak akan bahagia karena tetap terasing dari dunia sekitarnya.

Kata Kunci: Integrasi
Jelas sudah bahwa berbagai aspek dalam diri manusia bisa berlawanan. Pemusatan diri hanya pada salah satu aspek akan menghasilkan kepribadian yang terpecah-pecah. Tidak ada titik temu antarberbagai aspek diri, sehingga tidak akan pernah menghasilkan kepuasan atau kebahagiaan.

Hanya ada satu solusi: integrasi! Pada akhirnya spiritualitas, kesadaran, dan cintalah yang akan memberikan kebahagiaan. Selamat menyongsong tahun baru dengan spirit, kesadaran, dan cinta yang lebih kokoh!

Arti Papa

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja
diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang
bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. ..

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal...

Makna Cinta

Makna Cinta

C-I-N-T-A. Kata ini mengandung sejuta makna, tergantung gimana kita mengartikannya. Sikap kita bisa salah karena salah memaknai. Ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk aku.

Dulu, bagiku cinta adalah rasa ketertarikan dengan lawan jenis. Rasanya ini juga akibat pengaruh film-film yang sering kulihat, terutama selama masa kecil dan remaja. Kartun seperti Sleeping Beauty, Snow White, Cinderella, yang menjadi favoritku dulu dan kutonton berkali-kali sampai nempel di otak, pada intinya menceritakan hal yang sama. Seorang putri yang terluka kemudian diselamatkan oleh seorang pangeran ganteng. Terluka disini tidak hanya berarti terluka secara fisik. Sleeping Beauty tertusuk jarum pemintal dan pingsan selama 100 tahun. Snow White begitu dibenci oleh ibu tirinya sehingga diracuni dengan apel. Cinderella adalah anak tiri yang dijadikan pembantu oleh ibu dan kedua saudara tirinya sendiri. Mereka semua diselamatkan oleh seorang pangeran, menikah, dan hidup bahagia selamanya.

Alur cerita ini terus bermain di dalam pikiranku. Dalam hati aku mendambakan seorang pangeran tampan akan datang untukku dan membawaku pergi jauh. Entah kenapa perasaan itu terus datang. Karena itu aku terus mencari sosok laki-laki dewasa. Aku berharap salah satu dari mereka adalah pangeran penyelamatku, yang akan membawaku pergi jauh dari rumah. Ternyata mereka bukan jadi penyelamat, tapi pembawa sengsara. Sejak itu aku jadi tidak percaya lagi pada yang namanya cinta. Kupikir itu semua cuma bullshit. Sebenarnya, jauh di lubuk hati, yang aku butuhkan adalah sosok seorang ayah, pengganti Papa Herman, ayah kandungku yang meninggal dalam sebuah kecelakaan saat usiaku masih empat tahun.

Pandanganku tentang cinta mulai berubah setelah aku ketemu dengan Pak Sasmita pada akhir Oktober 2009. Saat itu ia hanya sebagai terapis yang menangani kasusku. Kini ia jadi papa angkatku. Dengan caranya sendiri, tanpa bilang sepatah katapun, dia mengajarkan apa arti cinta sebenarnya. Yang jelas, cinta ternyata tidak ngeres. Cinta bukan cuma hubungan antara laki-laki dewasa dan wanita dewasa, terus pacaran, make love, dan menikah, lalu hidup bahagia selamanya, seperti di film kartun. Cinta adalah memberi dan menerima. Memberi perhatian dan kasih sayang dengan tulus, dan menerima orang yang dicintai apa adanya, tanpa dicacati atau dicari-cari kekurangannya. Cinta adalah juga keakraban yang tidak dibuat-buat, komunikasi dua arah yang baik, saling mengerti satu sama lain, dan mengharap cuma yang baik untuk orang yang dicintai. Yang paling penting, cinta harus diekspresikan dengan cara yang benar dan kena pada orang yang dicintai, sehingga tidak terjadi salah pengertian. Tangki cinta harus terus diisi. Caranya adalah dengan memberi cinta, baik pada diri sendiri, orang lain, maupu sesama mahkluk hidup. Jangan pernah membiarkan tangki cinta kering untuk menghindari penderitaan batin.

Memang setiap orang punya caranya sendiri dalam memaknai cinta. Ini sangat wajar, karena setiap manusia memang berbeda. Tapi cara mengekspresikan cinta pada satu orang pasti akan beda dengan orang lain, sehingga adaptasi dengan karakter adalah syarat mutlak. Pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang punya karakter masing-masing dan berhak mempertahankan karakternya sendiri adalah pendapat yang salah. Kalo itu yang terjadi, pasti akan ada perang besar!!

Selama ini aku telah salah memaknai cinta. Pertemuan dengan Papa Sasmita membawaku untuk menyadari apa arti cinta sebenarnya.