Tuesday, August 12, 2008

Menelusuri Jejak Kekaisaran Cina

Pada bulan Agustus 2008 mata seluruh dunia tertuju ke Beijing yang menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar di dunia, Olimpiade. Bagi mereka yang beruntung dapat pergi ke sana, selain menyaksikan kemegahan Olimpiade, juga akan diingatkan akan sejarah panjang negara yang dijuluki Negeri Tirai Bambu tersebut.

Film peraih piala Oscar tahun 1987 'The Last Emperor' mengambil latar belakang tempat di Istana Kekaisaran Cina, atau yang lebih terkenal dengan Kota Terlarang. Film ini merupakan biografi Pu Yi, kaisar Cina terakhir dari dinasti Qing (baca 'Cing'). Selama berabad-abad Cina diperintah oleh kaisar dari 37 dinasti. Ming dan Qing adalah dua dinasti terakhir dan yang paling terkenal.
Jejak kemegahan kekaisaran Cina tersebar luas di Beijing; Kota Terlarang yang megah, Istana Musim Panas yang Indah, Kuil Surga yang sakral, Makam Kaisar Dinasti Ming yang mewah, dan tentu saja, Tembok Besar.
Beijing menjadi ibukota kekaisaran untuk pertama kalinya ketika Kubilai Khan mendirikan Dinasti Yuan. Lalu kaisar ketiga Dinasti Ming, Yongle, yang juga dikenal sebagai arsitek Beijing, mulai membangun kota ini secara besar-besaran, termasuk mendirikan Kuil Surga dan Istana Kekaisaran. Yang terakhir diselesaikan dalam waktu empat belas tahun. Beliau juga mendirikan tembok pelindung istana lengkap dengan menara pengawasnya.
Bangsa Manchu meruntuhkan dinasti Ming pada tahun 1644 dan mendirikan Dinasti Qing. Mereka memperluas Kota Terlarang dan mendirikan beberapa istana peristirahatan di luar kota Beijing.

Rumah Kaisar
Untuk mencapai Kota Terlarang, saya harus berjalan melewati Lapangan Tiananmen, alun-alun kota terbesar di dunia yang luasnya mencapai seribu hektar. Jalan menuju Kota Terlarang terletak di antara dua bangunan tua.
Kota Terlarang adalah kompleks istana terbesar di dunia dengan 9.999 ruangan. Halaman utamanya sengaja dibuat untuk menampung 90.000 orang pada upacara kekaisaran. Ada tiga gedung utama; Balairung Keselarasan Tertinggi, Balairung Keselarasan Sempurna, dan Balairung Keselarasan Abadi.
Balairung Keselarasan Tertinggi, yang paling besar diantara ketiganya, berdiri tepat di tengah. Disinilah berbagai upacara penting diadakan ternasuk perayaan ulang tahun kaisar. Di dalamnya terdapat Singgasana Naga yang terkenal. Tepat di belakangnya adalah Balairung Keselarasan Sempurna, dimana sang kaisar berganti pakaian sebelum menghadiri berbagai upacara. Bangunan terakhir adalah Balairung Keselarasan Abadi dimana kaisar bersiap-siap sebelum memberi gelar kepada permaisuri dan putra mahkota.
Saya terus berjalan sampai tiba di bagian dalam istana. Disinilah para kaisar tinggal bersama kedua permaisuri dan selir-selir mereka, dilayani oleh ratusan kasim dan pelayan. Jalan masuk utama kesini adalah melalui Gerbang Kemurnian Surgawi, yang dibangun seperti rumah. Sejak masa pemerintahan Kang Xi (1662-1722) dari Dinasti Qing, kaisar kadang memberi pengarahan kepada para pejabat di gerbang ini. Bangunan terpenting disini adalah Istana Kemurnian Surgawi, yang tempat tinggal kaisar, yang kadang juga digunakan untuk menangani urusan kenegaraan. Di tempat ini jugalah kaisar yang mangkat disemayamkan.
Para permaisuri semasa dinasti Ming dan Qing tinggal di Istana Kedamaian Bumi. Kamar pengantin di sebelah timur ruang utama adalah tempat dimana kaisar dan permaisuri tinggal selama dua malam setelah upacara pernikahan. Interiornya sama persis dengan yang ditata untuk pernikahan Kaisar Guangxu (1871-1908) dari dinasti Qing. Dinasti ini adalah yang terakhir memerintah Cina sebelum Revolusi Kebudayaan tahun 1911, didirikan oleh klan Manchu Aisin-Gioro. Guangxu adalah kaisar kesebelas dari dua belas kaisar.
Taman Istana terletak di bagian belakang. Taman ini dbangun pada tahun 1417 dan merupakan taman tertua di Beijing. Luasnya mencapai 1,3 hektar. Tempat paling indah disini adalah Bukit Kumpulan Kemenangan dengan Pavilion Kemegahan Abadi. Di depannya ditanam pohon-pohon sipres tua, beberapa sudah berusia sekitar empat ratus tahun.
Kaisar, permaisuri, dan para selir kadang datang kesini untuk memuja bintang kejora dan bintang timur pada hari ketujuh bulan ketujuh. Ini berarti agama adalah hal penting dalam kehidupan kekaisaran. Kaisar dianggap sebagai 'putra surga', yang menangani berbagai urusan duniawi atas nama dan mewakili otoritas yang lebih tinggi. Persembahan kepada Langit menjadi sangat penting.

Istana Musim Panas
Bangunan ini pada awalnya bernama 'Taman Riak Air Jernih' (Qingyi Yuan) dan dibangun pada masa pemerrintahan Kaisar Qianlong (1761-1795). Didominasi oleh Bukit Keabadian yang tingginya enam puluh meter dan Sungai Kunming, tempat ini dibuat dengan cara memperluas bagian air yan sudah ada agar menyerupai Danau Barat di Hangzhou.
Kompleks istana ini pernah diserang musuh dua kali; ketika terjadi invasi gabungan Inggris-Prancis tahun 1860 dan pada masa pemberontakan kaum Boxer pada oleh pasukan sekutu Barat pada tahun 1900. Untungnya Istana Musim Panas selamat dan dibangun lagi pada tahun 1900.
Di halaman depan istana, saya melihat beberapa patung batu yang berbentuk berbagai binatang, diantaranya burung phoenix, burung bangau, dan qilin (baca: cilin). Burung phoenix adalah lambang permaisuri. Bangau adalah simbol keabadian. Qilin adalah mahkluk dalam legenda yang dipercaya membawa pertanda baik. Menurut legenda, mahkluk ini menghukum yang jahat dan berkepala naga, bertanduk rusa, berkulit dan bersisik ikan, berkaki banteng, dan berekor singa.
Keindahan alam sekitar bisa dilihat sambil menyusuri koridor yang panjangnya 700 meter dan menghubungkan bagian utara-selatan danau. Dari kejauhan terlihat Kuil Kebaikan Buddha. Kombinasi kuil dan danau ini pasti bisa membuat siapa pun terpesona.
Istana Musim Panas adalah tempat tinggal Ibu Suri Cixi dari Dinasti Qing. Beliau adalah selir dari Kaisar Xianfeng (baca Hsienfeng) (1850-1861), satu-satunya yang melahirkan anak laki-laki dan karena itu pangkatnya dinaikkan lima tingkat. Ketika kaisar mangkat, dia mendapat gelar ibu suri dan menjalankan pemerintahan atas nama anaknya, Kaisar Tongzhi (baca: Tungchih), yang meninggal pada usia 19 tahun. Setelah Tongzhi wafat, dia mengangkat keponakannya, Guangxu (baca: kuanghsu) menjadi kaisar yang naik takhta pada usia empat tahun. Namun Cixi tetap menjalankan pemerintahan 'di belakang layar' dan menjadikan Guangxu kaisar boneka. Sebelum mangkat, dia menunjuk Pu Yi sebagai pengganti Guangxu.
Di istana inilah para kaisar pergi untuk beristirahat di musim panas, juga tempat Ibu Suri Cixi menghabiskan sebagian besar hidupnya. Sayang, tempat ini juga menyimpan tragedi. Kaisar Guangxu yang mencoba membebaskan diri dari pengaruh Cixi dengan membuat gerakan reformasi pada tahun 1898. Cixi tidak menyukai ini karena pandangannya yang konservatif. Atas perintah Ibu Suri, Guangxu dijadikan tahanan rumah di Ruang Riak Giok. Dia tinggal disana sampai menemui ajalnya pada usia 37, kemungkinan besar diracun oleh sang Ibu Suri, yang meninggal sehari kemudian. Ini hanya satu dari sekian banyak cerita yang tejadi di Istana Musim Panas, dituturkan secara turun temurun.

Doa Bagi Hasil Panen Yang Baik
Ritual keagamaan adalah bagian penting dalam kehidupan kerajaan. Sebuah tempat didirikan untuk tujuan ini yaitu Kuil Surga. Konsturksinya dikerjakan pada masa pemerintahan Yongle (1402-1424) dan selesai dalam waktu empat belas tahun.
Kuil ini masuk dalam Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 1998. Menurut kantor berita Cina Xinhua, renovasi besar-besaran dilakukan mulai awal 2005 dan selesai pada tanggal 1 Mei 2006 untuk menyambut Olimpiade. Proyek ini menelan dana 47 miliar yuan atau sekitar 5.9 juta dolar.
Memasuki kompleks bangunan, saya melihat Balairung Doa untuk Panen yang Baik, tingginya 39 meter, ditopang 28 tiang kayu dan beratap batu giok biru. Di dalamnya terdapat Altar Surga, dimana kaisar melakukan persembahan kepada Langit pada perayaan di musim dingin setiap tahun;sebuah upacara keagamaan untuk bersyukur kepada Langit dan berdoa kebaikan di masa depan.
Bangunan penting lainnya adalah Balairung Kekaisaran Langit yang jika dilihat dari jauh berbentuk seperti payung berujung emas. Ukurannya lebih kecil daripada Balairung Doa, dan digunakan untuk menyimpan peralatan upacara.
Di dalam balairung ini terdapat Dinding Gema yang sangat menarik. Terbuat dari batu dan mengelilingi seluruh balairung, dinding ini memantulkan gema yang sangat kuat. Dua orang bisa berbicara dalam bisikan dari jauh.
Saya melihat orang-orang berdoa di depan altar di Balairung Doa untuk Panen Yang Baik. Semoga Langit mendengar doa merreka.

Nyekar ke Makam Kaisar Ming
Dinasti Ming yang terkenal memerintah Cina dari tahun 1368-1644. Ada enem belas kaisar tapi hanya tiga belas yang dimakamkan di 'Shisan Ling' atau 'Tiga Belas Makam Kaisar Ming'.
Makam-makam ini terletak sekitar 50 kilometer sebelah utara Beijing, di lokasi yang dulu dipilih oleh kaisar ketiga Ming, Yongle, ketika ibukota kekaisaran dipndah dari Nanjing ke Beijing. Setelah membangun Kota Terlarang tahun 1420, Yongle memilih tempat ini sebagai makamnya, yang dinamai Changling. Kabarnya enam belas selir dikubur hidup-hidup bersama sang kaisar untuk menemaninya di akhirat nanti. Untungnya hal ini dihapuskan di masa pemerintahan kaisar Zhengtong.
Dingling, yang terletak 27 meter di bawah tanah adalah makam kaisar ketiga belas dinasti Ming, Zhu Yijun, yang bergelar Wanli. Kaisar ini dianggap tidak becus dalam menjalankan pemerintahan karena menyerahkan urusan negara kepada para pejabat korup dan membawa penderitaan bagi rakyat. Makam ini diselesaikan dalam waktu enam tahun dan selesai pada tahun 1581. Wanli kemudian mengadakan pesta peresmian, 38 tahun sebelum kematiannya.
Peti mati sang kaisar dan dua permaisurinya serta kebih dari tiga ribu artefak dipamerkan dalam dua museum kecil. Diantaranya adalah peralatan makan dari emas dan perak, jubah kebesaran kaisar dan permaisuri, mahkota, baju-baju perang, dan pedang.


Keajaiban Dunia
Tentu saja yang saya bicarakan adalah Tembok Besar Cina, salah satu pencapaian terbesar manusia di bidang konstruksi bangunan. Tembok ini terbentang sepanjang 5900 kilometer dari Teluk Bohai di Laut Kuning sampai ke Jiayuguan di pegunungan Gansu. Mungkin itu juga sebabnya ia mendapat julukan 'Changcheng' atau 'Tembok Panjang'.
Tembok ini awalnya dibangun untuk mencegah serangan orang barbar Hun dari utara oleh Qin Shi Huang, kaisar pertama Dinasti Qin, yang menyatukan Cina. Bahan-bahan yang digunakan adalah taipa, batu, dan kayu. Pada masa dinasti Ming, batu bata lebih banyak digunakan karena ukurannya lebih kecil dan lebih ringan sehingga pekerjaan konstruksi bisa diselesaikan lebih cepat. Lagipula batu bata bisa menahan berat lebih baik daripada bahan bangunan lainnya. Dasar, pinggiran dalam dan luar, serta pintu masuknya dibangun menggunakan batu yang dipotong persegi karena bahan ini dapat menahan berat bangunan lebih baik daripada batu bata.
Pada tiap jarak 27 meter, para pekerja dipaksa membangun menara pengawas setinggi kira-kira 14 meter yang digunakan untuk mengintai musuh. Mereka yang meninggal dikuburkan di bawah Tembok Besar. Para kaisar dinasti Ming (sekitar seribu tahun sesudah Qin Shi Huang) membangun konstruksi raksasa ini hingga mencakup sebagian besar propinsi sampai ke Juyongguan (pintu masuk Jalur Sutra yang terlenal).
Sebagian besar tembok di sebelah tenggara Cina saat ini berasal dari periode Dinasti Ming, yang memberikan perhatian sangat besar padanya. Mereka memperkuat dasar tembok dengan batu bata.
Katanya Tembok Besar Cina adalah satu-satunya benda di bumi yang bisa terlihat dari permukaan bulan. Second Book of Marvel karangan Richad Halliburton yang terbit pada tahun tahun 1938 mengklaim hal serupa, tapi ternyata ini tidak benar. Orang-orang tetap percaya pada cerita ini, sampai dicantumkan pada buku pelajaran sekolah. Arthur Waldron, pengarang 'Tembok Besar Cina: Sejarah dan Mitos' berspekulasi bahwa kepercayaan ini muncul karena karena kekaguman pada 'kanal' yang dipercaya berada di planet Mars.
Lepas dari benar tidaknya cerita diatas, Tembok Besar Cina terus membuat orang kagum dan menarik mereka untuk menyaksikan sendiri keajaiban dunia yang satu ini. Ada pepatah mengatakan, 'Mereka yang belum mendaki Tembok Besar bukan manusia sejati.'

No comments: